Riset Nasional, Belum Pancasila-is?

Jakarta – Ternyata sapi itu tidak mempunyai gigi di rahang atasnya!! Pantes saja memamah biak terus ya. Tidak banyak yang paham ini. Hanya p...


Jakarta – Ternyata sapi itu tidak mempunyai gigi di rahang atasnya!! Pantes saja memamah biak terus ya. Tidak banyak yang paham ini. Hanya pe-riset terkait ternak sapi yang sangat paham.

Dan ternyata pula, kesukaan memakan daging sapi ternyata beragam lho. Ada negara yang suka daging sapi yang kurus, karena tidak berlemak. Tetapi ada yang berkebalikan.

Tentunya bagi peternak sapi, memberikan pakan yang tepat menjadi strateginya. Mau menghasilkan sapi yang banyak lemaknya, atau yang sedikit lemak.

Nuklir mempunyai teknologi jitu dalam mengukur ketepatan nutrisi pakan ternak. Sehingga formula yang didapat, akan jauh menjadi lebih terpercaya.

Meski, antara jenis sapi yang berbeda, akan membuat sedikit perbedaan pula. Karena adanya perbedaan dalam sistim percernaan.

Seru juga ya bicara sapi.

Tapi mengapa Indonesia kok tidak pernah fokus untuk menciptakan sapi unggul Indonesia??? Duluuuuu, pernah ada sapi Donggala.

Tapi sekarang sama sekali tidak terdengar beritanya. Ini sama halnya dengan Jeruk Garut yang dahulu kita unggulkan. Sekarang punah.

Mengapa semua menjadi punah?? Karena memang negeri ini tidak pernah memihak pada riset. Lebih suka pada membeli produk negara lain, kemudian mengambil keuntungan dari selisih harga.

Alhasil, petani dan peternak kita miskin terus. Tidak pernah terangkat kesejahteraannya.

Miris. Orientasi kebijakan yang mengangkat produk lokal jauh dari pesona para pebisnis negeri ini. Padahal hasil riset kita banyak sekali.

Tapi semua berakhir diatas kertas, sebagai tulisan ilmiah. Yang memang dibuat untuk memenuhi poin yang harus di-submit untuk bertahan atau naik ke jenjang fungsional peneliti yang lebih tinggi.

Prinsipnya, hasil riset dipaksa hanya untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup pe-riset itu sendiri.

Akhirnya, budaya bekerja sendiri, tidak dalam konteks bekerja dalam sebuah tim, menjadi melekat. Kemudian, rakyat dapat apa donk? Padahal kita semua dibayar dari uang rakyat.

EGOIS-kah? Tidak juga. Tetapi budaya riset seperti inilah yang ada di negeri ini. Budaya ini telah tercipta sejak berdirinya badan riset di negeri ini.

Nuansa kerja seperti inilah yang menumpulkan kemampuan periset, yang sebagian besar adalah lulusan luar negeri. Akhirnya berimbas pada tidak berkembangnya industri nasional.

Nenek moyang kita pernah Berjaya. Buktinya, ada Borobudur. Dapatkah kita menapak kembali ke kejayaan masa lalu?

BISA!!

Dengan mengubah pola Pendidikan, menjadi berorientasi pada pemupukan kreativitas diri.

Juga menanamkan betapa pentingnya bekerjasama dalam satu tim. Dan yang terpenting adalah adanya turun tangan pemerintah di dalam hilirisasi produk riset.

Sudah bukan rahasia lagi, bahwa hilirisasi hasil riset selalu terpungkas oleh politik dagang. Karena memang pelaku ekonomi di negara ini dikuasai oleh para pedagang.

Dimana orientasinya mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat, dari selisih harga barang impor yang dijual kembali di negeri ini. Sangat kental terasa hampir semua kebijakan mengarah pada mematikan hasil riset.

Contohnya, beras unggul. Nuklir telah menghasilkan banyak varian unggul yang mampu panen hingga tiga kali setahun dan tahan wereng. Tetapi tidak pernah diangkat sebagai asset strategi untuk swa sembada pangan.

Dan setelah panen, harganya jatuh karena kalah bersaing dengan beras impor. Sehingga petani tetap berada pada posisi yang miris, jauh dari sejahtera.

Semoga terbentuknya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kita paham akar permasalahan yang ada di depan mata selama berpuluh tahun. Berorientasi pada menghasilkan produk nyata harus menjadi terdepan, dan dicanangkan sejak dini.

Kemudian, organisasi yang efektif dan efisien akan dengan sendirinya terbentuk. Bukan sebaliknya.

Riset berbasis teknologi nuklir untuk kesejahteraan telah menerapkan hal ini. Dimulai sejak sepuluh (10) tahun yang lalu. Berorientasi pada menghasilkan produk.

Salah satunya Iradiator sinar-gamma yang berguna untuk pengawetan produk, sterilisasi dan lainnya, juga Reaktor Daya Eksperimental (RDE) yang berteknologi tinggi — yang memungkinkan Indonesia dapat menjadi negara produsen Pembangkit Listrik Tenaga Nunklir (PLTN) paling aman dan selamat di masa mendatang.

Pengalaman mencapai dua target tesebut telah membuka mata publik bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) kita mampu dan bisa bekerjasama dengan baik. Juga, badan regulasi mampu menjamin keselamatan operasinya, dengan memberikan ijin pembangunan hingga operasi untuk irradiator sinar-gamma.

Untuk RDE, kita berhasil mendapatkan lisensi tapak, dan desainnya masuk dalam booklet International Atomic Energy Agency (IAEA) tahun 2020. Semua raihan ini adalah yang pertamakali setelah lebih dari 60 tahun kiprah nuklir di negeri ini.

Lagi dan lagi, kiat peningkatan kemampuan anak negeri dalam menegakkan kepala terkait kiprah RDE dipaksa berhenti dengan alasan yang sangat diyakini adalah politis dagang. Begitu juga dengan desain pembangkit tenaga uap, harus menyendiri dan mangkrak setelah dinyatakan harga produksi listriknya masih lebih mahal dari yang sudah beroperasi saat ini. Dan tidak bisa protes. Karena tidak akan pernah ada yang mendengar.

Makanya para periset dipaksa puas dengan hasil di atas kertas. Meski sering menjadi terpekik jika dituding hanya menghabiskan uang negara dengan tanpa hasil.

Kami dipaksa untuk menundukan kepala, seolah semua yang ditudingkan itu benar. Padahal nuansa riset memang diciptakan seperti ini.

Contoh yang lebih miris adalah produksi pesawat terbang yang diprakarsai oleh bapak teknologi Indonesia, Prof. Habibie. Harus berhenti mendadak dengan tudingan menghabiskan uang negara. Teknologinya tertinggal dan lain sebagainya.

Padahal ini adalah investasi jangka panjang dan berteknologi tinggi. Kelak akan membuat Indonesia mandiri di dunia transportasi udara dan menginisiasi industri pendukung lainnya. Wajar saja jika investasinya harus tinggi dan memakan waktu lama.

Tidak perlu berkecil hati dengan kemampuan anak bangsa yang sedikit tertinggal. Yang penting sudah dimulai dan bangga terhadap hasil riset sendiri. Rasa berbangga diri ini adalah modal dasar untuk berlari lebih cepat kedepannya.

Sadar atau tidak sadar bahwa dunia riset negeri ini sangat sulit untuk berperan menjadikan Indonesia menjadi lebih bermartabat. Indonesia yang bangga terhadap produk sendiri.

Selain dianggap tidak ekonomis, yang paling utama adalah pola pikir pelaku ekonomi yang masih berfikir jangka pendek, tidak visioner.

Inilah yang menurut saya adalah tantangan dari BRIN. Tanpa berpijak pada evaluasi tantangan yang menghantam dunia riset, mustahil akan berhasil membawa negeri ini menggeliat menjadi penghasil teknologi, menjadi lebih punya hargadiri.

BRIN harus bergerak dengan ritme yang berbeda. Periset Indonesia itu unggul dan punya semangat membangun negeri.

Berikan arah yang jelas harus buat apa dalam menjawab tantangan negeri untuk mensejahterakan masyarakat. Jangan hanya dituding tidak berprestasi. Karena kami memang tidak mampu menghadapi kompetisi keras di hilirisasi yang sangat mematikan motivasi riset.

Adanya dewan pengarah yang juga ketua BPIP, serta merangkap sebagai ketua PDIP, seyogyanya menjadi kekuatan besar untuk membongkar tuntas ganjalan hilirisasi produk riset anak negeri. Agar industri berbasis riset nasional menjadi tuan di rumah sendiri.

Jangan lupa, menunjuk personil yang tepat juga merupakan kunci kesuksesan program BRIN. Personil yang paham tantangan riset untuk kesejahteraan bangs ini. SDM yang benar benar mempunyai jiwa membangun negeri ini dengan jujur.

JUJUR! Di sinilah benang merahnya mengapa Pancasila harus sebagai landasan Riset. Pancasila yang mengharuskan kita punya rasa kasih, dan berujung pada mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Sifat ini harus tertanam, juga untuk setiap individu pelaku riset. Harus menjadi budaya. Dan ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Tetapi harus diakselerasi perubahannya.

(Red. Terasa menggelikan jika Pancasila dikaitkan dengan arah agar tidak membuat bom nuklir dan ataupun riset cloning. Yang jelas menyiratkan kekurang pahaman apa sebenarnya tantangan dunia riset nasional selama berpuluh tahun sejak Indonesia merdeka.

Dana riset yang kecil tidak mungkin menginisiasi riset cloning yang berbiaya tinggi dan jangka panjang, dan ada ajaran agama yang mengawal ini semua. Juga bom nuklir, karena Indonesia sudah menandatangani perjanjian dunia, dimana nuklir hanya untuk kesejahteraan. Jadi, mohon jangan keluar konteks.)

Indonesia sudah sangat terpuruk dalam dunia riset dan inovasinya. Terpuruk industrinya. Karena terlalu rumit kompromi politisnya. Kurang mengakarnya rasa cinta tanah air. Bisa disebut sebagai 'kurang Pancasila-is'.

Sehingga tekanan politis, baik dalam negeri maupun luar negeri, dengan mudah menggetarkan niat luhur membangun negeri, justru malah menguburkan dalam-dalam hasil riset sebagai cikal bakal industri nasional.

Jangan patah semangat, karena tidak ada kata terlambat. Asal, tidak berorientasi pada 'jabatan' semata, yang akhirnya mencetak diri sebagai robot politik, tetapi tanamkan tanggung jawab untuk mengangkat kesejahteraan bangsa. Menjunjung martabat bangsa ini.

Tancapkan target-target produk yang jelas, termasuk yang berteknologi tinggi, seperti PLTN, roket. Lanjutkan kiat swa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir – RDE, pembangkit listrik berbasis teknologi sendiri, hidupkan kembali produksi pesawat terbang, kedepankan swa pangan dari hasil riset seperti padi Sidenuk, Rojolele, Mutiara dan lainnya.

Tingkatkan produksi ternak Indonesia dengan menggunakan formula pakan hasil riset, dan lain sebagainya. Hidupkan kembali mascot hasil pertanian, seperti contohnya Jeruk Garut.

Hidupkan kembali dunia peternakan dalam negeri seperti Sapi Donggala, dan produk riset lainnya.

Inilah tantangan dunia riset sesungguhnya, yang harus dibenahi. Dan diharapkan ada terobosan solusi bagi yang didapuk sebagai nahkoda BRIN dan juga dewan pengarah riset. Untuk dapat memberikan arah kompas yang jelas, yang sudah lama terkubur di negeri tercinta.

Semangat dan harus percaya dengan kemampuan anak negeri. Jangan merendahkan kemampuan bangsa sendiri. Jadikan produk Riset menjadi INOVASI yang menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan dapat mensejahterakan bangsa. KITA PASTI BISA !!

Penulis: Dr. Geni Rina Sunaryo, Alumni Tokyo University
Sumber: Pewarta Indonesia

KOMENTAR

BLOGGER

JAKARTA


HUKUM

Name

Aceh ‎ Headline #Tenggelam A eh Aceb Aceh Aceh Barat Aceh Barat Daya Aceh Besar Aceh Jaya Aceh Selatan Aceh Singgkil Aceh Singkil Aceh Subulussalam Aceh Tamiang Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh TNI Aceh Utara Aceh.Subulussalam AcehTNI Acrh Agama Anjangsana Apresiasi Kinerja Prajurit TNI Asahan Babinsa Babinsa Longkib Badak Banten Bakti Sosial Bakti Sosial TNI Bali Balikpapan Banda Aceh Bandar Lampung Bandung Banjar Banjir Banten Banteng Banyumas Batu Bekasi Bencana Alam Berita Pilihan Berita Utama Bhayangkari Bireun Bkkbn BNN BNPT Bogor Boyolali BPJS BRI Brimob Budaya Catatan Redaksi Ciamis Cilacap Cilegon Daerah Danau Paris Dandim Demo Demokrat Depok Desa Desa Cemplang Desa Cepu Desa Sikerabang Donor Darah DPDRI Ekonomi Foto Foto Video Garut Gaya Hidup Gayahidup Gayo Lues Gemar Gotong Royong Gotong Royong TNI dengan Rakyat Gunung Meriah Hadline Hankam Hari Pahlawan Hari Santri Nasional Headliene Headline Headline. HeadlineTNI Hiburan HSN Hukum HUT Bhayangkara HUT RI Idul Adha Ikan Indro Tjahyono Info Covid-19 Infrakstruktur Infrastruktur Insfrastrktur Insfrastruktur Intelijen Internasional Iternasional Jakarta Jalan Jalan Macet Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Tengah TNI Jawa Timur Jayapura Jepang Jerman Jerusalem Joneponto Jumat Bersih Kalimantan Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kappija Karya Bakti Katingan KCK Kebakaran Kebudayaan Kebumen Kecamatan Simpang Kiri KEDIRI Kedsehatan Kejaksaan Negeri Aceh Singkil Kemanunggalan Kemendes Kementan Kendari Kerawang Kesehatan Ketahanan Pangan KIP Aceh Singkil Kiri Kodim Subulussalam Kolaka Komos Komsos KomsosPenanggalan Komsoss Komunikasi Sosial Konawe Selatan Kontruksi Korban Konflik Korea Selatan Korupsi Kosmos Kota Subulussalam Kota Tebing Tinggi Kotim KPK KPU KPU Lebak Ksehatan Kuala Baru Kungker Danrem 012/TU Kuta Tengah Lampung Lampung Selatan Langsa Lebak Legislatif Lhokseumawe Lhoksumawe Libanon Lingkungan Longkib Longkib.TNI Lowongan Wartawan Magelang Magetan Makan Makan Bergizi Gartis Malang Maluku Manado Manunggal Subuh Maroko Mataram Matematika Gaseng Medan Meulaboh MTQ Mukti Jaya Nabire Nagan Raya Narkoba Nasional Nasuonal NTB Nunukan Oku Selatan Olagraga Olah Raga Olahraga Opini Organisasi Ormas Padang Palalawan Pamekasan Pandeglang Panen Kangkung Panwaslih Aceh Singkil Papua Papua Barat Parawisata Pasca Bencana Pasca Bencana Alam Pati Patroli Peemrintahan Pekalongan Pelatihan Pelatihan Matematika Gaseng Peletakan Pemakaman TNI Pemalang Pematang Siantar Pemekasan Pemerintah Pemerintah Desa Pemerintahan Penaggalan Penananggalan Penanggalan Penanggslan Pendididkan Pendidikan Penekanan Penggalan Penghijauan Pennaggalan Peraih Perikanan Perisitiwa Peristiwa Peristiwa Aceh Perkebunan Pers Persit Perstanian Pertama Pertanian Perustia Peternakan Pilek Pilkada PKB PLN Politik Politik Headline Polres Aceh Utara Polri Poltik Pontianak Poso Posyandu PPWI Pramuka Presiden Jokowi Prestasi Profil PT Latinusa Tbk PT PLB PT Socfindo PT Socfindo Kebun Lae Butar PT.PLB PT.Socfindo Puisi Pulau Banyak Purbalingga Purbalinnga Purwokerto Purworejo PWI Rabat Ragam Rakyat Rapid Test Rekrutmen TNI AD Riau RSUD Aceh Singkil RTLH Rudeng Rundeng Sanggau Semarang Sengketa Lahan Seoul Serang Sijunjung Siltan Daulat Simpang Kir Simpang Kiri Singkawang Singkil Singkohor Skmpang Kiri Sosial Sosialisasi Subhlussalam Subulissalam Subululussalam Subulusalam Subulussakam Subulussala. Subulussalam Subulussalam Aceh Subulussalam.Penanggalan Subulussalan Subulussamam Subulussapam Subulusssalam Sukarejo Sulawesi Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sultan Dalaulat Sultan Daulat Sultan Daulata Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara Sumedang Sumut Surabaya Surakarta Suro Makmur Swasembada Pangan T NI Tanah Longsor Tanggerang Tasikmalaya Tebing Tinggi Tegal Terkini TMMD TNI TNI AD TNI Dekat Rakyat TNI.Pertanian TNI.RTLH TNISultan Daulat TNITMMD Tobasa Tokoh Tripoli Ucapan HUT RI Ucapan Idul Fitri Ucapan Selamat Ucapan Selamat HUT KE 75 RI Unjuk Rasa Video Wisata wisata budaya Yogyakarta Yonif Raeder 301 Yonif Raeder 301/PKS Ziarah
false
ltr
item
NKRITERKINI.COM: Riset Nasional, Belum Pancasila-is?
Riset Nasional, Belum Pancasila-is?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYvAwaDeKa5B7mWwPZk0Q3cOoPhUEDIaCvSQ2-Ol2KCmaUjEIL6tTDHFXWL_ojrpYTpbJr33bzTb2QWdGhItmsJiZJ2uVq22CRZrLHhDYfPIbBWuPNgu8w7A7QnU1CZHOYQpfw49vQrdIk/w400-h275/Geni-Mei21-e1620109015324-712073.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYvAwaDeKa5B7mWwPZk0Q3cOoPhUEDIaCvSQ2-Ol2KCmaUjEIL6tTDHFXWL_ojrpYTpbJr33bzTb2QWdGhItmsJiZJ2uVq22CRZrLHhDYfPIbBWuPNgu8w7A7QnU1CZHOYQpfw49vQrdIk/s72-w400-c-h275/Geni-Mei21-e1620109015324-712073.jpeg
NKRITERKINI.COM
https://www.nkriterkini.com/2021/05/riset-nasional-belum-pancasila-is.html
https://www.nkriterkini.com/
https://www.nkriterkini.com/
https://www.nkriterkini.com/2021/05/riset-nasional-belum-pancasila-is.html
true
6142316263983909778
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All DISARANKAN UNTUK DI BACA LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy